Malang - Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang menemukan sebuah cairan dari bahan baku nabati yang bisa meluruhkan radikal bebas pada rokok. Produk itu diberi nama Divine Cigarette.
Profesor Sutiman Bambang Sumitri menjelaskan, cara kerja divine cigarette ini mampu mengikat radikal bebas yang dikeluarkan oleh rokok dan meluruhkannya, hingga aman bagi para perokok aktif maupun pasif.
Secara teori, kata dia, ribuan senyawa keluar bersama asap rokok, dan diantaranya mempunyai jenis berbahaya bagi tubuh manusia. Untuk itu senyawa-senyawa tersebut dinetralkan atau diluruhkan melalui divine cigarette.
"Intinya mengikat radikal bebas pada asap yang dikeluarkan. Hingga aman bagi perokok dan orang di sekitarnya," ungkap Sutiman, saat berbincang dengan detiksurabaya.com di Fakultas MIPA Unibraw, Selasa (11/1/2010).
Bahan cairan atau divine cigarette ini ada dua jenis, yakni dalam bentuk cairan serta filter. Bagi para perokok kretek dapat menggunakannya dengan mengoleskan cairan divine cigarette pada rokoknya. Sedangkan untuk perokok jenis cigarette mesin dapat mengganti filternya dengan divine cigarette filter.
Secara tidak langsung divine cigarette ini juga mempunyai peran positif bagi kesehatan tubuh manusia. "Ini juga bagus untuk kesehatan, dan kami telah membuktikannya," ujarnya.
Metode ini telah dikembangkan sejak 2006, ketika itu Sutiman prihatin melihat kondisi masyarakat yang telah tergantung dengan rokok, sementara kebijakan pemerintah harus mengurangi produk rokok kretek demi jaminan kesehatan.
Awalnya temuan ini diuji cobakan kepada orang-orang terdekat Sutiman, target pada saat itu semua orang mempunyai keluhan penyakit akan diterapi dengan menggunakan divine cigarette sebanyak 200 orang.
Sebelumnya, Sutiman menyatakan hasil ciptaannya ini telah diujicobakan ke sebuah kelinci. Dua ekor tikus sama-sama disuntik kanker kelenjar getah bening. Menurutnya, para perokok pasti menderita kelenjar getah bening akibat pengaruh nikotin.
Satu tikus setiap hari diterapi dengan metode pengasapan rokok menggunakan divine cigarette, sedangkan satu tikus dibiarkan hidup tanpa proses pengobatan. Jarak dua pekan tikus tanpa pengobatan mati, sementara satu tikus dengan terapi divine cigarette bertahan hidup hingga selama 6 bulan.
"Bisa disimpulkan dengan metode pengasapan ini, tidak membuatnya sehat, namun memperpanjang usia," terangnya.
Hasil itulah melatarbelakangi Sutiman mengembangkan produknya untuk metode pengobatan. Metode ini pun dilakukan pada klinik Rumah Sehat. Hasil temuan Sutiman ini telah dipresentasikan hampir ke seluruh penjuru dunia. Di luar negeri banyak mendapat perhatian dan mereka kemudian rela mendatangi klinik Rumah Sehat untuk terapi kesehatan melalui divine cigarette.
Source : surabaya.detik.com
0 komentar:
Posting Komentar